TRANSLATE
English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Kamis, 23 September 2010

Markas Bandung Lautan Api Dibongkar


BANDUNG- Lagi, Bandung kehilangan aset sejarah dan budaya (heritage). Kali ini bangunan tempat dicetuskannya ide Bandung Lautan Api (BLA) di Jalan Kepatihan yang menjadi korban, dibongkar dijadikan lahan parkir motor supermarket. Padahal letak bangunan tepat di pusat kota ini.
Menurut Guru Besar Fakultas Sejarah Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, M.S, pembongkaran situs sejarah itu bertentangan dengan Undang-undang (UU) Cagar Budaya Tahun 1992 yang kini tengah di amandemen. Selain itu, Jabar juga memiliki Perda Kebudayaan 2003. Menurut Nina, jelas pembongkaran telah melanggar Perda Kebudayaan.
"Sayangnya Perda Kebudayaan di kita tidak punya gigi," cetus Nina saat dihubungi kemarin (16/9). Jadi, tambahnya, sebenarnya UU dan Perda budaya sudah ada dan cukup kuat. Masalahnya tinggal implementasi dan kesadaran sejarah.
Dia menceritakan, sebelum dibongkar, bangunan bersejarah itu bekas Hotel Sarapan yang menjadi toko. Pada 1945-1946 bangunan itu dijadikan Markas Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Kodam III/Siliwangi yang dipimpin Kolonel AH Nasution. "Di sinilah Nasution mencetuskan ide BLA sebelum Pasukan Siliwangi melakukan long march menuju Jogjakarta," kata Nina.
Sejarawan penulis buku Biografi Si Jalak Harupat ini mengaku amat kecewa dengan pembongkaran heritage itu. Pembongkaran merupakan bukti bahwa Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dan beberapa anggota masyarakat kurang sadar sejarah.
"Pemerintah dan pelaksana pembongkaran kurang sadar sejarah, lebih mementingkan ekonomi. Jika kita terus-menerus kehilangan situs sejarah, generasi kita akan tercerabut akar sejarah dan budayanya. Ini yang bahaya," tegas Nina.
Nina sendiri pernah mengunjungi Jalan Kepatihan pada awal puasa lalu. Saat itu, cerita Nina, Hotel Sarapan masih berdiri utuh, terletak antara Jalan Keptihan dan Jalan Simpang dekat Jalan Dewi Sartika. Tepat di depan Hotel Sarapan, dibangun monumen bambu runcing sebagai tanda di situ menjadi cikal bakal BLA rakyat Jabar yang heroik itu.
"Tapi ketika pertengahan puasa saya kembali lagi ke Kepatihan, bangunan sudah rata dengan tanah. Yang tersisa hanya monumen Bambu Runcingnya saja," tuturnya. Dia juga mengaku pernah diwawancara televisi swasta dengan latar belakang heritage itu.
Sebenarnya, yang disayangkan Nina bukan hanya bentuk dan gaya arsitektur, melainkan nilai sejarahnya. Dengan lestarinya bangunan sejarah, generasi penerus akan tahu bahwa di bangunan itulah peristiwa sejarah terjadi. "Jika bangunannya dihilangkan, bagaimana mau menunjukkan tempat peristiwa sejarah?" tanyanya.
Dia menjelaskan, peristiwa BLA merupakan aksi monumental yang dilakukan rakyat dan tentara Jabar. Dengan mengetahui peristiwa ini, kata Nina, generasi muda Jabar bisa belajar untuk mendapatkan spirit dan inspirasi, yaitu bahwa rakyat Jabar dulunya begitu heroik dan berani dalam melawan penjajah. "Jika situs tak dijaga, bagaimana mau belajar dari sejarah. Tidak adanya situs sejarah, membuat kita kehilangan spirit, inspirasi, dan teladan sejarah," ucapnya.
Menurutnya, BLA adalah fakta sejarah yang saat itu menginspirasi seluruh pejuang kemerdekaan RI, bukan hanya rakyat Jabar. "Spirit BLA dimulai di bangunan yang kini rata dengan tanah. Padahal BLA adalah lambang perlawanan urang Bandung, rakyat Jabar. Sejarah BLA hanya ada di sini, tidak di tempat lain, tidak juga di negara lain," tegasnya.
Pantauan Radar Bandung, memang tidak ada bangunan yang dimaksud Nina yang bernama Hotel Sarapan. Yang ada hanya monumen kecil berbentuk bambu runcing yang berdiri di atas trotoar, posisinya terhimpit antara PKL dan pagar seng bekas untuk menutupi proses pembongkaran. Di balik pagar seng itu, berjajar puluhan motor milik pengunjung super market. Bekas-bekas bangunan yang baru dibongkar masih tampak. Bahkan di bagian barat masih ada sisa tembok yang masih berdiri, belum diruntuhkan.
Menurut salah satu warga yang sehari-hari bekerja di Jalan Dewi Sartika, Hotel Sarapan sudah dibeli super market itu. Bangunannya dibongkar dan dijadikan tempat parkir motor. "Hotel Sarapan kini sudah pindah karena sudah dibeli. Pindahnya entah ke mana," kata sumber tersebut, kepada Radar Bandung, kemarin (16/9). Di sana, lanjut sumber ini, katanya mau dibangun super market sebagai perluasan super market yang membelinya. (men)

dikutip dari radar bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar