- Selalu Ditonton Istri Majikan
- Presiden: Kawal Peradilannya
TKW Disiksa di Malaysia
PENANG — Nasib tragis kembali dialami tenaga kerja wanita (TKW) asal Jawa Timur di Malaysia. Kali ini Wifainda, disiksa dan diperkosa pasangan suami di Penang Malaysia.
Kabar tentang aksi kekerasan terhadap buruh migran Indonesia itu muncul ketika ketegangan antara Indonesia – Malaysia menyangkut perbatasan kedua negara yang memicu sejumlah insiden belum sepenuhnya mereda. Penyiksaan terhadap Wifainda memperpanjang daftar TKW asal Indonesia yang menjadi korban kekerasan para majikan Malaysia.
Perempuan berusia 26 tahun asal Lampung kelahiran Pacitan itu menjadi korban kebiadaban majikannya, kontraktor pemotong rumput yang berusia 41 tahun dan istrinya, 36. Pasangan ini ditangkap polisi setempat pada Jumat (17/9).
Seperti dikutip dari harian The Star, Minggu (19/9), korban bekerja di sebuah apartemen di kawasan Jelutong, Georgetown, di Pulau Penang, Malaysia sejak bulan Februari silam. Namun, penyiksaan yang dialaminya berlangsung mulai Mei.
Sejak saat itulah perlakuan buruk yang diterima Wifainda. Kepala, tangan, dan kakinya dipukul menggunakan ikat pinggang oleh majikan perempuan. Sementara majikan laki-lakinya memerkosanya berulang kali. Yang tak kalah bejat, si majikan laki-laki mengajak Wifainda melakukan seks bertiga bersama majikan perempuannya. Jika ia menolak melakukannya, majikan perempuan bertindak dengan menyabetkan ikat pinggang kulit itu ke tubuh Wifainda.
Selain dipukulinya dengan sabuk, perempuan yang kini kurus kering itu juga disiram dengan air panas dan dadanya digosok dengan setrika panas.
Merasa puas menyiksa korban, si majikan memutuskan untuk “membuangnya,”. Dengan Toyota Camry, Wifa dibawa keluar kota dan tepat di pinggir Jalan Taman Cenderawasih di Nibong Tebal korban dicampakkan, Minggu (12/9) lalu. Korban hanya diberi uang sebesar 30 ringgit (Rp 86.000) sebagai bekal untuk bertahan hidup yang dimasukkan amplop.
Selama 12 jam, korban kebingungan dan merasa putus asa, sampai seorang pejalan kaki yang baik membawanya ke kantor polisi terdekat keesokan harinya.
“Korban terlihat trauma dan badannya sangat kurus. Di sekujur tubuhnya ada bekas terbakar dan luka-luka lainnya, terutama di bagian punggung dan dadanya,” ujar Gan Kong Meng, Kepala Kepolisian Georgetown di Pulau Penang, Malaysia.
Saat ini korban dirawat di Rumah Sakit Penang dengan luka-luka yang beragam. Hasil pemeriksaan medis juga menunjukkan adanya luka di kemaluannya. Bekas luka bakar akibat siraman air panas terlihat di bagian punggung Wifainda.
Polisi mengalami sedikit kesulitan ketika hendak menangkap kedua tersangka. Pasalnya, korban tidak begitu hafal dengan lokasi apartemen tempatnya bekerja. Butuh lima hari bagi polisi sebelum menemukan tersangka.
“Kami harus mengambil banyak gambar apartemen di Jelutong untuk ditunjukkan kepadanya. Setelah satu apartemen teridentifikasi, kami meminta keterangan pada tetangganya sebelum keduanya ditangkap,” ujar Gan.
Polisi pun menangkap kedua majikan Wifainda, Jumat (17/9) pukul 21.15 waktu setempat. Ternyata majikan laki-lakinya pernah tiga kali ditangkap polisi karena kepemilikan obat terlarang dan tindak kriminal.
Dari apartemen tersebut, polisi mengambil barang bukti berupa setrika berwarna pink, selendang dan ikat pinggang yang dipakai menyiksa korban. Sprei dan kasur tempat terjadinya pemerkosaan juga diambil polisi. Demikian pula dengan mobil tersangka. Keduanya memiliki empat anak berusia lima hingga 15 tahun.
Menurut Gan, pihaknya telah memberikan informasi tentang kasus itu pada Konsulat Indonesia yang ada di Malaysia.
Telepon SBY
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Minggu sore, meminta Kedutaan Besar Republik Indonesia Malaysia mengawal proses hukum penganiaya Winfaida, tenaga kerja Indonesia korban penganiayaan yang tengah dirawat di rumah sakit di Penang, Malaysia.
“Khususnya proses penyembuhan yang bersangkutan dengan dibantu Perwakilan, serta dikawal terus proses hukumnya,” kata Teuku Faizasyah, staf khusus presiden bidang luar negeri, di Jakarta, Minggu.
Faiza mengatakan, Presiden Yudhoyono memberi petunjuk kepada Dubes RI untuk Malaysia Da’i Bachtiar agar kasus tersebut ditangani dengan baik.
Pada kesempatan itu, menurut Faiza, Presiden juga melakukan komunikasi langsung dengan Winfaida. “Presiden RI sore ini sekitar 16:30 WIB sudah berbicara langsung dengan Wifainda, TKI korban penganiayaan yang tengah dirawat di RS di Penang, Malaysia,” katanya.
Menurut Faiza, dalam komunikasi itu, Wifainda menceritakan penganiayaan yang dialaminya. Wifainda, 26, TKI asal Lampung itu, selain mengalami penganiayaan fisik juga menjadi korban pemerkosaan. Ia kemudian dibuang pelaku di jalan dan ditemukan warga pada 13 September.
Pemerintah Indonesia, kata Faiza, mengapresiasi Kepolisian Penang di Malaysia yang berhasil dengan cepat menangkap majikan Wifainda sebagai pelakunya karena semula tidak diketahui persis alamatnya.
Sementara itu berdasarkan laporan dari Dubes Da’i Bahtiar penganiayaan yang menimpa Wifainda sudah terhitung teramat berat, sehingga kondisi fisik korban sangat memprihatinkan dan mengalami depresi. Dai telah menjenguk Wifainda ke rumah sakit tempat ia dirawat. Tak hanya itu, Dai juga memfasilitasi pembicaraan antara Wifainda dengan Presiden SBY, saat itulah Wifainda bisa berkeluh kesah ke orang nomor satu di Indonesia itu.
Kasus yang menimpa Wifainda itu tak pelak memperpanjang sejarah penganiayaan dan penyiksaan terhadap perempuan pekerja migran asal Indonesia di Malaysia. Berita menghebohkan soal penyiksaan semacam itu adalah yang menimpa Nirmala Bonat asal NTT pada 2004. Bahkan waktu itu foto-foto tubuh Nirmala menghiasi halaman pertama surat kabar seluruh Indonesia. Dikhawatirkan, kasus semacam ini akan memanaskan kembali suasana di Indonesia setelah sebelumnya terjadi insiden penangkapan petugas kementerian kelautan Indonesia yang sebelumnya menangkap nelayan Malaysia pencuri kayu. (surya)